TIFFA NEWSTIFFA NEWS
  • HOME
  • BERITA
  • OLAHRAGA
  • KAMTIBMAS
  • POLITIK
  • PPS
  • NUSANTARA
  • GALERI
  • OPINI
  • OTHERS
    • PUSTAKA
    • BUDAYA
    • EKONOMI
    • HANKAM
    • HAM
    • JEJAK
    • GAYA HIDUP
    • INTAN JAYA
    • SOSOK
Search
Reading: Pendidikan Papua Selatan (Bagian 3 – Habis) : Pemerataan Penting, Tapi Jangan Lupa Kualitas
Share
TIFFA NEWSTIFFA NEWS
Search
  • HOME
  • BERITA
  • OLAHRAGA
  • KAMTIBMAS
  • POLITIK
  • PPS
  • NUSANTARA
  • GALERI
  • OPINI
  • OTHERS
    • PUSTAKA
    • BUDAYA
    • EKONOMI
    • HANKAM
    • HAM
    • JEJAK
    • GAYA HIDUP
    • INTAN JAYA
    • SOSOK
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 RAKA for Tiffa Company. All Rights Reserved.
TIFFA NEWS > News > BERITA > Pendidikan Papua Selatan (Bagian 3 – Habis) : Pemerataan Penting, Tapi Jangan Lupa Kualitas
BERITAPPS

Pendidikan Papua Selatan (Bagian 3 – Habis) : Pemerataan Penting, Tapi Jangan Lupa Kualitas

Last updated: 18/02/2023 - 00:40
By bungben
Share
Kampus Universitas Negeri Musamus (Unmus) Merauke (Foto : tiffanews)
SHARE

TIFFANEWS.CO.ID,- Masalah pendidikan di empat kabupaten di Selatan Papua yang kini sudah menjadi satu provinsi Papua Selatan, bukan hanya masalah yang berkenaan dengan pemerataan pendidikan di tingkat SD, SMP dan SMA saja, melainkan juga pada masalah yang berhubungan dengan kualitas output baik untuk peserta didik yang hendak melanjutkan ke perguruan tinggi, maupun yang hendak bekerja.

Dalam  diskusi virtual (zoom Meeting)  yang dilaksanakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua Selatan, Jumat (27/01) lalu, faktor kualitas pendidikan atau tepatnya kualitas lulusan juga menjadi perhatianpeserta diskusi. Pertanyaan yang diajukan, bagaiaman Papua Selatan bisa memiliki dokter orang asli Papua, kalau untuk melanjutkan sekolah kedokteran hanya sedikit orang yang bisa. Begitu pun dengan profesi atau jurusan lainnya.

Untuk soal pendidikan dan lapangan pekerjaan, bagaimana dengan lulusan pendidikan vokasi? Apakah jurusan-jurusan yang ada sudah tepat menjawab kebutuhan lebih khusus kebutuhan lapangan kerja di Papua selatan sendiri? Di luar itu, ada pertanyaan lain yakni soal pendidikan karakter?

Pertanyaan demi pertanyaan, mengarahkan perhatian juga pada lulusan yang dibiayai dari program beasiswa.  Kemana para lulusan yang telah mendapat beasiswa?  Apakah pemerintah tidak melihat ini sebagai sebuah potensi untuk meminta mereka kembali berbakti di Papua? Bukankah  pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki para lulusan yang nota bene belajar di Pergurutan Tinggi ternama termasuk di luar negeri dapat  memberi motvasi bagi anak-anak Papua untuk bisa meraih pendidikan yang lebih tinggi lagi?

Sesuai tujuan diskusi virtual ini,  yakni untuk mendapatkan masukan dalam rangka penyusunan program dan kebijakan strategis bagi percepatan pembangunan sumber daya manusia (SDM) di Papua Selatan, diskusi ini menghadirkan pakar pendidikan dan pelaku pendidikan, juga para birokrat yang sekarang melaksanakan kebijakan di Provinsi Papua Selatan.

Nara sumber yang hadir diantaranya Prof. Dr. Dinn Wahyudin, M.A, , Prof. Ir. Yohannes Sardjono, APU. Dr. Drs Beatus Tambaip, MA, Dr. Yulius Mataputun, M. Pd , Dr. Agus Sumule, dan Dr.James Mandouw. Sementara penanggap yang juga adalah peserta diskusi adalah pelaku pendidikan di Papua Selatan diantaranya John Rahail, dan pelaku pendidikan Papua Korinus N. Waimbo dari Papua Language Institute (PLI)

Trending Now:  Gladi Bersih di Jakarta, Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Selatan Menuju Pelantikan

Hadir Pj Sekda Papua Selatan Madaremmeng,  Plt Asisten Sekda Provinsi Papua Selatan Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Provinsi Papua Selatan Agustinus Joko Guritno dan  Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua Selatan, Drs. Aloysius Jopeng, M.Pd.

Melanjutkan sekolah

Korinus N. Waimbo mengatakan, masalah kualitas lulusan pendidikan dasar dan menengah perlu mendapat perhatian. Menurutnya, selama satu tahun Papua Language Institute (PLI) bekerja sama dengan Pemda Merauke untuk program khusus pengiriman anak-anak asli  ke luar negeri hanya dapat mengirimkan sebanyak 13 mahasiswa asli Marind ke Rusia dan sebanyak 7 ke Amerika.

Menurutnya, pendidikan di Papua Selatan  mengalami masalah pada sisi kualitas. Dalam program persiapan pembinaan ke luar negeri, lanjutnya,  selama satu tahun kami melatih kurang lebih 60 mahasiswa calon mahasiswa asli Marind di Jayapura. Selama 10 bulan mentraining mereka yang harusnya hanya disiapkan dari sisi bahasa bahasa Inggris dan bahasa Rusia tetapi ternyata tidak.

“Saya sampaikan selama 10 bulan  pembinaan, kami harus melatih mereka matematika dasar dari tingkat SD lagi.  Saya sendiri mengajar mereka berhitung lagi. Sekali lagi ini sangat wasting time kalau ambil dari jenjang SMA,” ujarnya.

Dari sisi itu saja, menurutnya  kendala terbesar ada pada  kualitas. “Jangankan  masuk ke tingkat kuliah di luar negeri mungkin di universitas dalam negeri pun kualitas mereka tidak tercapai. Hal ini menunjukan bahwa tujuan dari Papua Cerdas harus dilihat kembali,” tambahnya.

Di samping itu, menurut Korinus, sekalipun jumlah yang dikirim ke luar negeri masih sedikit, namun jika mereka berprestasi tentu punya efek yang sangat baik untuk  mendorong motivasi bagi anak-anak Papua.

Trending Now:  Kunker PJ Gubernur Papua Selatan, Masyarakat Kampung Keluhkan Pendidikan dan Infrastruktur

“Itulah sebabnya, usulan kami bahwa perlu juga permintaan khusus anak-anak asli Papua yang sudah dikirim oleh pemerintah provinsi Papua melalui program BPSDM. Mereka ini adalah anak-anak yang dibiayai oleh dana otsus.  Nah ini yang menurut saya perlu dipersiapkan juga,  supaya di Unmus anak-anak ini harus ditarik masuk ke sana ataupun di industri-industri yang ada di Papua Selatan,” usulnya.

Menurutnya,  anak-anak Papua yang berhasil bekerja di luar negeri, perlu juga mendapat tempat. Mereka perlu didatagkan ke Papua sehingga ini menjadi satu gerakan bahwa  anak-anak Papua pada prinsipnya bisa.

Bagaimana dengan pendidikan vokasi? Rektor Umus Beatus Tambaip mengatakan, jenis pendidikan vokasi dan profesi  perlu dikembangkan, sedangkan pendidikan yang sifatnya akademis  mungkin bisa dikurangi.

“Contohnya SMA-SMA yang ada mungkin di setiap kabupaten kota atau  di setiap distrik memang perlu tetapi jumlahnya tidak lebih banyak daripada pendidikan vokasi,” kata Beatus Tambaip

Menurut Beatus Tambaip, universitas biasanya mendidik orang untuk mengembangkan kemampuan akademiknya, karena itu perlu ada program D1 D2 D3 atau mungkin politeknik  untuk menjawab kebutuhan pendidikan lanjutan dari SMK .

Dia mengusulkan agar jurusan-jurusan sekolah vokasi menyesuaikan dengan potensi  daerah Papua Selatan, dengan mengarahkan pendidikan vokasi itu pada bidang pertanian, perikanan  dan peternakan.

“Jadi pendidikan vokasi yang berkaitan dengan itu perlu supaya apabila ada industri-industri yang masuk perusahaan-perusahaan yang masuk,  mereka sudah connect dengan penyiapan sumber daya manusia yang ada di Papua Selatan,” ujar Beatus Tambaip.

Beatus Tambaip mengingat  tujuan  pendidikan itu sendiri  untuk meningkatkan pengetahuan  dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mempunyai keahlian kemudian mendapatkan keahlian,  tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa pendidikan itu perlu membentuk perilaku  manusia itu sendiri yakni pengembangan watak dan tata nilai ini menjadi penting.

“Sebab apa gunanya kita memberikan transfer pengetahuan teknologi keahlian kepada anak-anak tetapi tidak didukung oleh pembentukan karakter mental dan tata nilai itu maka apa yang kita berikan kepada anak-anak itu bisa mubazir.” ucapnya.

Trending Now:  Pendidikan di Papua Selatan (Bagian 1) : Persebaran dan Penambahan Guru

Menjawabi Kebutuhan 

Untuk mejawabi perseolan yang dikemukakan, sekurang-kurangnya beberapa hal ini yang harus mendapat perhatian yaitu masalah data dan kurukulum, penguatan kapasitas dan akselerasi akreditasi akreditasi satuan pendidikan dan program studi, penguatan standar nasional pendidikan dan  penguatan budaya mutu dengan peningkatan kemampuan kepala sekolah.

Menurut James Moandow, di dalam melaksanakan program-program pendidikan termasuk  merancang pendidkan di Papua Selatan perlu perhatian pada flesibilitas, sebab tuntutan pendidikan adalah bagaimana pendidikan bisa bisa beradaptasi dengan perubahan.

Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua Selatan, Drs. Aloysius Jopeng, M.Pd

“Pertama rancanglah pendidikan untuk mengantisipasi perubahan.  Kedua fleksibilitas itu adalah nilai penting yang harus melekat kepada semua pemikir semua pemimpin dan pengambil kebijakan di Papua Selatan karena dengan fleksibilitas itu kita bisa mengadaptasi terhadap semua perubahan,” kata James Moandow.

James  menambahkan, sekarang kementerian pendidikan sedang menggalang kurikulum Merdeka itu artinya mulai merancang pembelajaran yang lebih mendekati kepada kebutuhan-kebutuhan individual.

“Oleh sebab itu mari pikir untuk bagaimana mendekatkan pendidikan kepada kebutuhan-kebutuhan dalam konteks perorangan atau individu dan itu mesti dirancang dengan cara-cara yang canggih dan teknologi sekarang menjanjikan itu,” ujarnya.

“Jangan berpikir kaku dan berpatok harus seperti ini. Fleksibilitas itu menjadi semangat untuk masuk ke dalam perubahan,” tegasnya.

Diakhir diskusi, Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua Selatan, Aloysius Jopeng mengatakan,  pertemuan kali ini merupakan pertemuan awal yang akan ditindaklanjuti dalam bentuk diskusi diskusi tematik pada pertemuan-pertemuan berikut.

“Kami secara seksama mengikuti semua pembicaraan juga menerima semua masukan yang ada nanti kemudian kita akan coba identifikasi sesuai dengan tempat sasaran kebijakan yang pertama terkait dengan Kebijakan mutu yang kedua terkait dengan kebijakan akses lalu di situ secara khusus juga ada kebijakan tentang guru,”tutupnya. (*bn) HABIS.

You Might Also Like

KWD Kritik Gaya Komunikasi Pejabat di Papua Selatan yang Menutup Diri dari Media

Mabuk dan Bersenjata, Dua Preman Sadis Diringkus di Simpang Mur Mappi!

Rehab Rumah Warga di Wanam Kab. Merauke Capai 40 Persen, Libatkan Personel Militer dan Masyarakat

Pastor John Djonga Gelar Kegiatan Pemberian Makan Bergizi Gratis bagi Anak-Anak di Koya Tengah

TAGGED: Beasiswa Anak Papua, Pendidikan Lanjutan, Pendidikan Papua Selatan
bungben 18/02/2023
Share this Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Telegram Email Print
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Previous Article Tanggapi Isu Keamanan di Papua, Wapres Tegaskan Tidak Dapat Digeneralisasi
Next Article Buronan Kasus Pencurian dengan Kekerasan Terhadap Seorang Guru di Mappi Berhasil Ditangkap Regu Patroli Makayo
Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow US

Find US on Social Medias
Facebook Like
Twitter Follow
Youtube Subscribe
Telegram Follow
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image
newsletter featurednewsletter featured

Weekly Newsletter

Kirim Email Anda agar bisa kami infokan berita pilihan terpopuler

Popular News
BERITA

Penanggungjawab Bunda PAUD Papua Selatan Datangi Reskrim Polres Merauke

By Ronny Tiffa News 4 days ago
Freeport dan KLH Percepat Program Nasional Rehabilitasi Mangrove di Kalsel
PTFI dan YPMAK Serahkan Bantuan untuk Warga Tsinga yang Terdampak Longsor
Rehab Rumah Warga di Wanam Kab. Merauke Capai 40 Persen, Libatkan Personel Militer dan Masyarakat
Mabuk dan Bersenjata, Dua Preman Sadis Diringkus di Simpang Mur Mappi!

SUARNEWS.COM

about us

We influence 20 million users and is the number one business and technology news network on the planet.

  • BERITA
  • PON XX 2021
  • GALERI
  • KAMTIBMAS
  • NUSANTARA
  • PUSTAKA
  • GAYA HIDUP
  • JEJAK
  • SUARNEWS
  • INTAN JAYA
  • Susunan Redaksi
  • Tentang Kami
  • Contact
  • Privacy Policy
  • Disclaimer

Find Us on Socials

© TIFFANews Network. RAKA GENDIS.id Company. All Rights Reserved. Suar News

Removed from reading list

Undo
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?