TIFFANEWS.CO.ID — Suara lantang Ady Muslimin mengguncang halaman Kantor Bupati Merauke, di tengah ribuan warga yang berpakaian hitam dalam aksi solidaritas mengenang tewasnya anak disabilitas korban pembunuhan keji.
Dengan nada penuh amarah dan getir, perwakilan Forum Kota Kita (Forkota) itu menuding keras bahwa pemerintah telah gagal membina moral dan membiarkan minuman keras menjadi sumber api kebiadaban di Merauke.
“Kita ini korban, Bapak Ibu! Tiap hari kita ditabrak orang mabuk, dibacok orang mabuk, tapi pemerintah hanya beralasan. Mereka lebih berpihak pada izin miras daripada nyawa manusia!” tegas Ady dengan suara bergetar disambut gemuruh massa.
Aksi spontan yang dimulai sejak sore itu berubah menjadi gelombang kemarahan publik. Warga dari berbagai penjuru Merauke datang mengenakan pakaian hitam, menyalakan lilin, dan meneriakkan seruan “Hentikan Kebiadaban! Tangkap Pelaku!” sebagai simbol duka dan perlawanan terhadap meningkatnya kekerasan yang diduga kuat dipicu konsumsi minuman keras.
Ady menegaskan, jika pemerintah terus menutup mata terhadap peredaran miras, masyarakat siap bertindak dengan caranya sendiri.
“Kalau apinya di miras, padamkan apinya! Jangan cuma kipas asapnya. Jangan biarkan kami terus-terusan jadi korban!” ujarnya tegas.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Bupati Merauke, Fauzun Nihayah, turut mengecam keras peristiwa tersebut dan mendesak aparat segera menangkap pelaku.
“Hukum pelaku seberat-beratnya,” ungkap Fauzun.
Namun di tengah lilin yang menyala dan isak warga yang tak terbendung, pesan Ady Muslimin bergema paling keras itu: “Api kerusakan di Merauke bukan di jalan, tapi di botol miras yang dibiarkan menyala oleh kebijakan pemerintah.”




