TIFFANEWS.CO.ID – Pelayanan di salah satu cabang Bank Mandiri di Kabupaten Merauke menuai kritik, setelah sejumlah nasabah mengeluhkan antrean panjang yang membuat mereka menunggu cukup lama hingga hampir siang. Pasalnya, antrean yang seharusnya singkat berubah menjadi pengalaman kurang menyenangkan bagi para nasabah yang berharap dilayani cepat dan efisien.
“Saya sudah mengantri sekitar dua jam di sini, dan sampai hampir siang hari belum juga dilayani,” ungkap salah seorang nasabah yang ditemui media, Selasa (19/7/2025).
Keluhan ini bukan tanpa alasan. Gangguan serius pada jaringan internet di wilayah Merauke menyebabkan layanan perbankan online yang biasanya lancar terhenti. Akibatnya, banyak transaksi yang seharusnya dapat dilakukan secara digital kini terpaksa dilakukan secara manual, langsung melalui mesin ATM atau pelayanan di cabang. Situasi ini memperlambat proses dan menambah beban antrean.
Keluhan nasabah Bank Mandiri muncul dalam konteks yang lebih luas yakni melemahnya konektivitas internet di Merauke yang berulang kali terganggu.
Laporan menyebut bahwa terputusnya kabel optik bawah laut ruas Merauke-Timika adalah salah satu penyebab utama gangguan layanan telekomunikasi dan internet di wilayah tersebut.
Pada 16 Agustus 2025, kabel optik putus merenggut akses internet. Tidak hanya di kota, tetapi juga membayangi perekonomian lokal seperti UMKM yang tergantung pada pemesanan online. Salah satu pelaku UMKM menyatakan kehilangan hingga 90% pendapatannya selama masa gangguan.
Untuk mengatasi situasi darurat, Telkom Merauke memasang backup link satelit untuk menjaga layanan tetap berjalan. Namun, kapasitas dan stabilitas jaringan cadangan ini terbatas.
Fenomena ini bukan insiden satu kali. Dalam satu tahun saja, jaringan internet di Merauke tercatat putus hingga beberapa kali dan masalah berulang yang memicu kemarahan dari masyarakat terhadap pihak Telkom Papua.
Bank, terutama lembaga sebesar Bank Mandiri, memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan pelayanan maksimal kepada nasabah. Waktu pelayanan adalah kunci kualitas layanan. Sebaik apa pun sistem operasional internal, jika infrastruktur pendukung seperti jaringan internet tidak memadai, seluruh proses bisa terganggu dari autentikasi digital hingga penyelesaian transaksi.
Pelayanan maksimal berarti melakukan efisiensi waktu setiap nasabah datang ke bank berhak dilayani dalam waktu yang wajar, bukan berjam-jam.
Pemulihan cepat ketika gangguan terjadi, bank harus sigap meminimalkan dampak terhadap nasabah. Misalnya, dengan membuka lebih banyak loket layanan, menyediakan formulir manual, atau memfasilitasi antrian prioritas.
Secara keseluruhan, antrean panjang nasabah di Merauke bukan hanya masalah operasional cabang Bank Mandiri, tetapi mencerminkan tantangan infrastruktur yang lebih besar: jaringan internet yang rapuh. Diperlukan sinergi antara penyedia layanan telekomunikasi dan lembaga keuangan agar pelayanan publik, apalagi di sektor vital seperti perbankan dapat berjalan optimal tanpa hambatan teknis yang merugikan masyarakat.(ron)