TIFFA NEWSTIFFA NEWS
  • HOME
  • BERITA
  • OLAHRAGA
  • KAMTIBMAS
  • POLITIK
  • PPS
  • NUSANTARA
  • GALERI
  • OPINI
  • OTHERS
    • PUSTAKA
    • BUDAYA
    • EKONOMI
    • HANKAM
    • HAM
    • JEJAK
    • GAYA HIDUP
    • INTAN JAYA
    • SOSOK
Search
Reading: Pembukaan Perkebunan Tebu di Merauke Dikhawatirkan Jadi Ancaman bagi Masyarakat Adat
Share
TIFFA NEWSTIFFA NEWS
Search
  • HOME
  • BERITA
  • OLAHRAGA
  • KAMTIBMAS
  • POLITIK
  • PPS
  • NUSANTARA
  • GALERI
  • OPINI
  • OTHERS
    • PUSTAKA
    • BUDAYA
    • EKONOMI
    • HANKAM
    • HAM
    • JEJAK
    • GAYA HIDUP
    • INTAN JAYA
    • SOSOK
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 RAKA for Tiffa Company. All Rights Reserved.
TIFFA NEWS > News > BERITA > Pembukaan Perkebunan Tebu di Merauke Dikhawatirkan Jadi Ancaman bagi Masyarakat Adat
BERITA

Pembukaan Perkebunan Tebu di Merauke Dikhawatirkan Jadi Ancaman bagi Masyarakat Adat

Last updated: 04/07/2024 - 16:03
By bungben
Share
foto ilustrasi
SHARE

TIFFANEWS.CO.ID,- Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis (BEM FEB) Universitas Cenderawasih berkolaborasi dengan Departemen Gugus Tugas Papua Pengurus Pusat Pemuda Katolik menggelar diskusi bertemakan, ”Buta Dalam Juta – Debu Dalam Tebu.  Seluas 2 juta hektare perkebunan tebu di Merauke: ada udang di balik batu?”,  Rabu, (3/07,2024).

Diskusi yang merespon isu penting  pembukaan Perkebunan Tebu skala besar di Merauke – Provinsi Papua Selatan, menghadirkan empat pembicara diantaranya, Alfonsa J. Wayap—Jurnalis Perempuan Papua Selatan, 

Dalam diskusi ini ada tiga pemateri diantaranya, Jurnalis Perempuan Papua Selatan  Alfonsa J. Wayap, Periset di Yayasan Pusaka Bentara Rakyat Dorthea Wabiser,  Ketua Ikatan Mahasiswa Merauke di Jayapura, Krisimur Chambu dan Ketua Gugus Tugas Papua Pengurus Pusat Pemuda Katolik, Melkior N.N. Sitokdana, S.Kom., M.Eng

Melkior N.N. Sitokdana dalam pengantar pembuka diskusi mengatakan,hutan, bagi orang Papua adalah identitas dari setiap suku,marga. Hutan itu, laboratorium, sebagai dapur—hidup dari sumber-sumber pangan dari alam itu sendiri.

Jika hutan ditebang untuk perkebunan skala besar, orang Papua akan kehilangan sumber pangan di dalam hutan itu, sebab hutan adalah “dapur.

“Jika sampai hal itu terjadi. Maka, anak cucu dan generasi Papua mendatang akan kehilangan hutan pusaka yang ada sejak turun-temurun. Harus ada gerakan bersama untuk melihat berbagai dampak sosial ke depan,”kata Melkior.

Trending Now:  Jaringan Internet Tak Kunjung Pulih, Aliansi Mahasiswa Kembali Demo di Kantor Bupati Merauke

Alfonsa J. Wayap dalam paparannya, mefokuskan pada  isu liputannya pada dampak dari kebijakan pembangunan  yang tidak berpihak pada keberlangsungan hutan,manusia dan marga satwa.

Alfonsa mengatakan, dampak lain dari hadirnya perkebunan tebu di Merauke adalah terjadi alih fungsi hutan dan krisis iklim. Beberapa satwa seperti hewan endemik seperti rusa, kuskus, kangkuru, mambruk, ikan dan lain sebagainya yang hidup di dalam habitat mereka  akan semakin pergi jauh, bahkan bisa saja menyeberang ke negara tetangga, Papua New Guinea.

”Mestinya pemerintah punya upaya  tindakan yang harus diapresiasi dengan cara pengakuan hak atas wilayahnya. Dan dengan cara perlindungan wilayahnya itu sendiri,”kata Alfonsa.

Selian itu, Alfonsa mengatakan, kita mesti belajar dari masyarakat adat, sebagai satu sumber pengetahuan karena, yang terbukti mampu menjaga hutan adalah masyarakat adat dan komunitas lokal.

“Kita tidak perlu jauh-jauh bicara di skala internasional. Cukup belajar di kampung, bagaimana orang-orang menjaga hutannya. Itu adalah bagian dari aksi mitigasi dan adapasi terhadaptasi perubahan iklim,”ujar Alfonsa.

Sumber-sumber air untuk satwa misalnya, rusa ketika hendak meminum air. Mereka juga akan kesulitan mengakses air. Ikan-ikan yang menjadi ciri khas Merauke hilang karenaarena tidak dibudidaya.

Trending Now:  Dari Washington, Alfonsa Jumkon Wayap Sampaikan Apresiasi Kongres Pemuda Katolik XIX di Palangkaraya

Berbicara hutan, alam dan isinya, manusia dan binatang saling berpengaruh di dalamnya. Lebih parah lagi bibit-bibit tanaman unggulan masyarakat adat akan ikut punah.

“Masyarakat akan digantungkan pada pembelian bibit tanaman di toko. Itu juga bagian dari sistem kerja kapitalis yang mencari keuntungan laba dari pengalih fungsian lahan. Dari hutan sagu ke lahan padi. Ini bagian-bagian yang tidak pernah di sadari oleh masyarakat adat,” kata Alfonsa.

Alfonsa mengingatkan pentingnya penyadaran dan penguatan kapasitas di tataran masyarakat adat,  Gereja dan juga komunitas dan stakeholders lainnya.

Ia menambahkan, perbuuruan rusa yang masif akhir-akhir ini dapat mempengaruhi populasi rusa hari ini dan lima tahun mendatang.  Merauke yang dijuluki kota rusa, bisa saja tidak bermakna.

Diskusi Online bertema”Buta Dalam Juta – Debu Dalam Tebu. Seluas 2 juta hektare perkebunan tebu di Merauke: ada udang di balik batu?” Rabu,(3/07,2024).

Dorthea melalui pemaparannya mengatakan, masyarakat adat ada karena ada hutan adat yang dilindungi.  Hutan yang  diwariskan turun-temurun oleh leluhurnya.

Dengan demikian, lanjutnya, hak masyarakat adat harus dilindungi dan dilakukan transparansi sesuai undang-undang yang mengatur tentang masyarakat adat.

Jika nanti hutan dibabat seluas 2 juta hektare demi investasi perkebunan kebun tebu di Merauke, itu pasti  berpengaruh pada eksistensi masyarakat adat.

Trending Now:  Malam Puncak HUT Kota Merauke ke-121, Panitia Undang Trio Ambisi Hibur Warga

“Eksistensi dari sisi budaya, kearifan lokal hingga akses mendapat pangan lokal. Kemudian 58.148 ha yang bisa teralokasi menjadi kebun tebu itu pun 40 persen atau 25.654  hektare lahan merupakan hutan lindung.,” tuturnya.

Kasimirus Chambu selaku Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Merauke Se-Jayapura mengungkapkan fakta bahwa perusahaan atau pemerintah Indonesia tidak melakukan kajian analisis dampak sosial, lingkungan hidup, manajemen pengelolaan hingga pembagian manfaat dan sebagainya.

“Kami tolak kebun tebu karena memang dari awal pemerintah tanpa melakukan mekanisme berupa kajian tentang analisis dampak sosial, lingkungan hidup, manajemen pengelolaan hingga pembagian hasil yang tidak transparan terhadap masyarakat adat yang mempunyai tanah itu sendiri,” tegasnya.

“Dampak dari ini juga tentu akan memicu terjadinya Ecosida, Etnhosida dan risiko pelanggaran HAM. Yang korbannya adalah  masyarakat Malind,” ujarnya.

Proyek perkebunan tebu tidak bermanfaat bagi masyarakat Malind.  Menurutnya, kedepan hanya akan menimbulkan konflik atas hak atas tanah. Disatu sisi menguntungkan pemodal, korporasi dan terjadinya kepemimpinan oligarki untuk menguasai hutan dan isinya.

“Sebaiknya, pemerintah membangun ekonomi kerakyatan yang berpihak pada OAP, petani lokal dan penguatan kapasitas tenaga buruh secara adil dan berkelanjutan,” tutupnya. [] Alfonsa Wayap

 

You Might Also Like

Frederikus Gebze Apresiasi Bantuan Pemerintah Pusat untuk Renovasi Freed and George Garden Merauke

Gubernur Apolo Safanpo Inisiasi Kerja Sama Papua Selatan – Tiongkok di Bidang Perikanan dan Pelatihan Kerja

Dorong Minat Sains Generasi Muda Papua, Freeport Indonesia Dukung Lomba Sains UNCEN

GMKI Merauke Desak Pemerintah Tertibkan Miras: “Sudah Jadi Ancaman Sosial!”

TAGGED: Mahasiswa merauke, Pemuda Katolik, Perkebunan Tebu Merauke, pertanaman tebu, Tebu
bungben 04/07/2024
Share this Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Telegram Email Print
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Previous Article Dian Nusantara Kolaborasi dengan Universiti Sains Malaysia Hadapi Perubahan Global
Next Article Pemerintah Provinsi Papua Selatan Gelar Sosialisasi Tata Naskah Dinas
Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow US

Find US on Social Medias
Facebook Like
Twitter Follow
Youtube Subscribe
Telegram Follow
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image
newsletter featurednewsletter featured

Weekly Newsletter

Kirim Email Anda agar bisa kami infokan berita pilihan terpopuler

Popular News
BERITABUDAYA

Harapan Baru di Kampung Atsj: Kisah Para Janda Menanti Rumah Impian

By Tiffa News 6 days ago
Inspirasi Teladan Hidup Beato Petrus To Rot, Orang Kudus dari Papua Nugini
Wajah Ganda Kekuasaan Politik
Kisah Bonefasius dari Asmat: Program 3 Juta Rumah dan Harapan yang Akan Dibawa ke “Rumah Presiden”
Petani OAP Merauke Dapat Traktor Bantuan Presiden: “Kami Siap Majukan Ketahanan Pangan!”

SUARNEWS.COM

about us

We influence 20 million users and is the number one business and technology news network on the planet.

  • BERITA
  • PON XX 2021
  • GALERI
  • KAMTIBMAS
  • NUSANTARA
  • PUSTAKA
  • GAYA HIDUP
  • JEJAK
  • SUARNEWS
  • INTAN JAYA
  • Susunan Redaksi
  • Tentang Kami
  • Contact
  • Privacy Policy
  • Disclaimer

Find Us on Socials

© TIFFANews Network. RAKA GENDIS.id Company. All Rights Reserved. Suar News

Removed from reading list

Undo
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?