TIFFANEWS.CO.ID,- Intan Jaya, sebuah kabupaten di Papua Tengah dengan bentang alam menawan namun penuh tantangan geografis dan keamanan, kini tengah bergerak membangun diri menuju daerah yang mandiri, aman, dan modern. Program prioritas pun dijalankan, mulai dari pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan infrastruktur, hingga promosi wisata dan budaya lokal.
Dalam wawancara bersama Kompas TV pada Selasa (9/9/2025), Bupati Intan Jaya, Aner Maisini, menegaskan bahwa infrastruktur dasar, pendidikan, dan kesehatan masih menjadi kebutuhan mendesak. Namun, ia juga memberi perhatian khusus pada budaya sebagai fondasi jati diri masyarakat.
“Salah satu tantangan besar adalah keterisolasian. Jalan dari Paniai ke Intan Jaya belum tembus. Akibatnya, pelayanan pemerintah dan akses masyarakat masih belum maksimal,” jelas Bupati.
Untuk mengatasi hal itu, Pemkab membuka ruas baru dari Sugapa–Mamba serta peningkatan pengaspalan hingga Hitadipa. Transportasi udara pun masih terbatas. Bandara Bilorai di Sugapa hanya bisa didarati pesawat kecil berpenumpang 6–9 orang. Distrik-distrik lain bahkan hanya bisa dijangkau helikopter dengan biaya sangat tinggi.
“Satu kali carter pesawat penerbangan bisa mencapai Rp40–50 juta. Namun kami tetap hadir karena masyarakat butuh pelayanan,” tegas Aner.
Kendati begitu, langkah-langkah kecil mulai menunjukkan hasil. Jalan baru sepanjang 7 km berhasil dibuka dengan APBD. Dengan akses darat, biaya transportasi akan lebih murah.
“Ongkos ojek kini mencapai Rp200 ribu–Rp500 ribu. Jika jalan terbuka, masyarakat bisa angkut barang dengan mobil, jual hasil kebun ke Sugapa, dan kembali dengan membawa kebutuhan rumah tangga. Itu akan menekan harga sekaligus menumbuhkan ekonomi lokal,” ujarnya.
Sektor energi juga mengalami terobosan. Intan Jaya kini menikmati listrik 24 jam penuh setelah serah terima operasi dengan PLN. Selain itu, PLTS telah dipasang di delapan distrik dan fasilitas Starlink hadir di sekolah serta puskesmas.
“Dengan penerangan dan akses komunikasi, anak-anak bisa belajar, tenaga kesehatan bisa melapor, dan masyarakat dapat terhubung dengan dunia luar,” ungkap Bupati.
Stabilitas keamanan juga menjadi prioritas. Aner menekankan bahwa pembangunan hanya bisa berjalan jika situasi kondusif.
“Hampir sepuluh tahun ada gangguan keamanan yang menghambat pembangunan. Namun tujuh bulan terakhir, melalui komunikasi humanis bersama tokoh adat, gereja, dan seluruh elemen, pelayanan publik mulai lancar. Sekolah dibuka kembali, tenaga medis bisa masuk distrik, dan rasa aman mulai tumbuh,” katanya.
Di sisi ekonomi, potensi lokal mulai diberdayakan. Kopi arabika, buah merah, hingga destinasi wisata seperti Gunung Piramid dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan warga.
Mama-mama pasar kini lebih mudah menjual hasil kebun, sementara koperasi desa telah terbentuk di 97 kampung. Anak-anak muda pun didorong lewat pelatihan keterampilan, usaha kecil, hingga program beasiswa ke Nabire.
“Kami tidak ingin anak muda menganggur. Ada yang kami beri motor untuk usaha ojek, ada yang kami latih alat berat di Timika, ada pula yang mengajar sukarela sebagai guru lokal. Semua harus sibuk, agar tidak berpikir ke arah kriminalitas,” tutur Bupati.
Di sektor kesehatan, Pemkab menjalankan program doctor flight ke distrik-distrik terpencil, merehab puskesmas, dan menyiapkan peningkatan RSUD menjadi Tipe D.
Di bidang pendidikan, anak-anak Intan Jaya mendapatkan beasiswa, sekaligus tetap diajarkan budaya lokal seperti tari adat dan tradisi leluhur. “Anak-anak harus belajar membaca dan menulis, tapi juga jangan melupakan identitas budaya mereka,” tegas Aner.
Optimisme menutup wawancara tersebut. “Kami tidak hanya bekerja di kantor, tapi turun langsung ke sekolah, kampung, dan kebun masyarakat. Intan Jaya punya banyak tantangan, tapi juga potensi besar. Dengan dukungan semua pihak, kami yakin daerah ini akan menjadi lebih aman, maju, dan bermartabat,” pungkasnya.(*)