TIFFA NEWSTIFFA NEWS
  • HOME
  • BERITA
  • OLAHRAGA
  • KAMTIBMAS
  • POLITIK
  • PPS
  • NUSANTARA
  • GALERI
  • OPINI
  • OTHERS
    • PUSTAKA
    • BUDAYA
    • EKONOMI
    • HANKAM
    • HAM
    • JEJAK
    • GAYA HIDUP
    • INTAN JAYA
    • SOSOK
Search
Reading: Kongres Perempuan Asli Papua Selatan: Makna Dan Relevansinya Bagi Gerakan Perempuan Adat Di Papua
Share
TIFFA NEWSTIFFA NEWS
Search
  • HOME
  • BERITA
  • OLAHRAGA
  • KAMTIBMAS
  • POLITIK
  • PPS
  • NUSANTARA
  • GALERI
  • OPINI
  • OTHERS
    • PUSTAKA
    • BUDAYA
    • EKONOMI
    • HANKAM
    • HAM
    • JEJAK
    • GAYA HIDUP
    • INTAN JAYA
    • SOSOK
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 RAKA for Tiffa Company. All Rights Reserved.
TIFFA NEWS > News > OPINI > Kongres Perempuan Asli Papua Selatan: Makna Dan Relevansinya Bagi Gerakan Perempuan Adat Di Papua
OPINI

Kongres Perempuan Asli Papua Selatan: Makna Dan Relevansinya Bagi Gerakan Perempuan Adat Di Papua

Last updated: 25/11/2025 - 07:01
By Tiffa News
Share
God Samderubun
SHARE

Oleh: God Samderubun

Pendahuluan

Lanskap perjuangan dan gerakan sosial di Papua telah mengalami dinamika yang signifikan, di mana suara perempuan adat semakin mencuat ke permukaan. Dalam konteks yang ditandai dengan konflik berkepanjangan, marginalisasi multidimensi, dan ancaman terhadap keberlanjutan hidup masyarakat adat, perempuan Papua memikul beban yang sangat berat. Mereka bukan hanya menghadapi ketidakadilan berbasis gender, tetapi juga dampak langsung dari konflik kekerasan, pelanggaran HAM, dan perampasan tanah ulayat.

Pada Tanggal 24 – 26 November 2025, bertampat di Swissbell Hotel,  Perwakilan Perempuan Adat dari 8 Kultur yang ada di wilayah Papua Selatan ( Malind, Asmat, Auyu, Mappi, Wiyagar, Korsawa, Yaqai dan Wambon) akan mengadakan Kongres Pertama Perempuan Asli Papua Selatan.  Kongres Perempuan Asli Papua Selatan (KPAPS) muncul sebagai respons terhadap realitas yang kompleks. Peristiwa ini patut dicermati bukan hanya sebagai aktivitas seremonial, melainkan sebagai sebuah fenomena politik dan kultural yang mengandung makna mendalam.

Kongres Perempuan Asli Papua Selatan (KPAPS) merupakan sebuah momen bersejarah dan strategis yang lahir dari konteks sosio-politik yang kompleks di Papua. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis makna mendalam dari diselenggarakannya KPAPS serta merefleksikan relevansinya bagi pergerakan perempuan adat secara lebih luas di Tanah Papua. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan studi literatur, artikel ini berargumen bahwa KPAPS bukan sekadar pertemuan, melainkan sebuah deklarasi politik (political subject) dari perempuan adat Papua. KPAPS berhasil menciptakan ruang aman (safe space) bagi perempuan untuk menyuarakan pengalaman spesifik mereka yang berada di persimpangan penindasan: sebagai orang Papua, sebagai perempuan, dan sebagai bagian dari komunitas adat. Makna KPAPS terletak pada upaya mendekolonisasi narasi tentang perempuan Papua, yang seringkali hanya dilihat sebagai korban, menjadi subjek yang aktif, berpengetahuan, dan berdaulat. Relevansinya bagi gerakan perempuan adat di Papua adalah dalam pembentukan solidaritas lintas wilayah, penguatan agenda kolektif yang menyatukan isu gender, hak adat, dan perdamaian, serta penciptaan sebuah kerangka perjuangan yang berbasis pada kearifan lokal dan nilai-nilai kemanusiaan.

Trending Now:  Green Economic, Agro Basic Cluster, Kearifan Lokal, dan Pluralisme Hukum

Konteks Historis dan Sosio-Politik Lahirnya KPAPS
KPAPS tidak dapat dipisahkan dari sejarah panjang perjuangan rakyat Papua dan situasi konflik yang berlarut-larut. Perempuan di Papua Selatan, seperti di wilayah lain, hidup dalam bayang-bayang kekerasan, baik yang bersifat langsung (fisik) maupun struktural (kebijakan yang meminggirkan). Eksploitasi sumber daya alam seringkali mengabaikan hak-hak masyarakat adat, di mana perempuan sebagai penjaga dan pengelola sumber daya alam tradisional merasakan dampaknya paling dalam. Selain itu, narasi dominan tentang Papua seringkali meminggirkan suara dan peran perempuan. KPAPS lahir untuk membongkar narasi dominan ini dan menegaskan keberadaan serta agensi perempuan adat.

Makna Kongres Perempuan Asli Papua Selatan
Analisis terhadap KPAPS mengungkap beberapa makna krusial:

  • Pembentukan Subyek Politik (Political Subjectivity): KPAPS merupakan sebuah deklarasi bahwa perempuan adat Papua bukanlah objek pasif, melainkan subjek politik yang memiliki tuntutan, visi, dan agenda sendiri. Dengan berkumpul secara mandiri, mereka merebut hak untuk mendefinisikan masalah mereka sendiri dan merumuskan solusinya.
  • Ruang Aman dan Penyembuhan (Safe Space and Healing): Kongres berfungsi sebagai ruang aman di mana perempuan dapat berbagi pengalaman traumatis tanpa dihakimi. Proses berbagi cerita ini bukan hanya terapeutik, tetapi juga membangun kesadaran kolektif bahwa penderitaan mereka adalah hasil dari struktur yang tidak adil, bukan kesalahan individual.
  • Dekolonisasi Pengetahuan dan Tubuh: KPAPS adalah upaya mendekolonisasi cara pandang terhadap perempuan Papua. Mereka menolak stigma dan objektifikasi, serta menegaskan kembali identitas mereka sebagai perempuan yang berpengetahuan tentang adat, alam, dan perdamaian. Ini adalah upaya merebut kembali otonomi atas tubuh, identitas, dan masa depan mereka.
  • Rekonsiliasi antara Hak Perempuan dan Hak Adat: KPAPS berhasil menjembatani potensi ketegangan antara hak perempuan sebagai individu dan norma-norma adat yang kadang patriarkis. Dengan pendekatan yang khas, kongres ini mengetengahkan diskusi tentang bagaimana memajukan hak perempuan dalam kerangka melindungi masyarakat adat, bukan di luarnya.
Trending Now:  Apolo Safanpo - Paskalis Imadawa dapat Dukungan 7 Partai, Ini Makna Angka 7

Relevansi KPAPS bagi Gerakan Perempuan Adat di Papua Selatan
Keberadaan KPAPS memiliki relevansi yang kuat bagi gerakan perempuan adat di tingkat regional Papua:

  • Pembangunan Solidaritas dan Jaringan: KPAPS menjadi model dan inspirasi bagi perempuan adat di wilayah lain di Papua (seperti Papua Pegunungan dan Papua Pantai) untuk membangun forum-forum serupa. Hal ini memperkuat jaringan solidaritas yang lintas budaya dan geografi, yang sangat penting untuk tekanan politik yang lebih efektif.
  • Penyatuan Agenda Perjuangan: KPAPS berhasil merumuskan agenda yang integratif, dengan menyatukan isu-isu seperti: (1) Penolakan kekerasan terhadap perempuan, (2) Perlindungan terhadap tanah ulayat dan lingkungan hidup, (3) Pencarian keadilan bagi korban pelanggaran HAM, dan (4) Partisipasi politik perempuan dalam proses pengambilan keputusan. Agenda ini menjadi peta jalan bersama bagi gerakan perempuan adat Papua.
  • Penguatan Visi Perdamaian Berperspektif Perempuan: Dalam konteks konflik, KPAPS menawarkan visi perdamaian yang inklusif dan berkelanjutan. Perdamaian tidak hanya diartikan sebagai absennya kekerasan bersenjata, tetapi juga kehadiran keadilan sosial, ekonomi, dan ekologis, di mana perempuan memiliki peran sentral.
  • Legitimasi dan Pengakuan: Dengan diselenggarakannya kongres yang melibatkan banyak peserta dan menghasilkan rekomendasi kebijakan yang konkret, KPAPS memberikan legitimasi dan pengakuan baik secara internal (dalam komunitas adat) maupun eksternal (terhadap pemerintah dan pihak internasional) terhadap gerakan perempuan adat Papua.
Trending Now:  Problematik Pembangunan Papua Selatan: Infrastruktur vs Pembangunan Manusia

 Kesimpulan

Kongres Perempuan Asli Papua Selatan merupakan sebuah titik balik penting dalam sejarah gerakan sosial di Papua. Maknanya yang terdalam terletak pada upayanya yang gigih untuk mendekolonisasi narasi, membangun subyek politik perempuan adat, dan menciptakan ruang penyembuhan kolektif. Relevansinya bagi gerakan perempuan adat di Papua bersifat strategis, yaitu dalam membangun solidaritas, menyatukan agenda perjuangan yang holistik, serta memperkuat visi perdamaian yang berperspektif gender dan keadilan. KPAPS membuktikan bahwa perempuan adat Papua adalah kekuatan penentu (agency) yang tidak dapat diabaikan dalam setiap upaya membangun masa depan Papua yang lebih adil dan damai. Untuk penelitian selanjutnya, diperlukan kajian yang lebih mendalam mengenai implementasi agenda-agenda kongres dan dinamika internal pergerakan ini.

You Might Also Like

Manusia dan Ambisinya: Drama Tanpa Akhir Antara Mimpi, Ego, dan Realitas

Mengubah Pertempuran Kata Menjadi Jembatan Pemahaman: Kekuatan Sebuah Pertanyaan

Horizon Baru Sumpah Pemuda

PASAL vs SAKRAL : Tragedi Kebutaan Hukum di Tanah Cenderawasih

Tiffa News 25/11/2025
Share this Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Telegram Email Print
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Previous Article Pemalangan di Jalan Kuda Mati, Polres Merauke Cepat Tanggap Amankan Situasi
Next Article Gubernur Apolo: Pemprov Dukung Asosiasi Perempuan Asli Papua Selatan
Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow US

Find US on Social Medias
Facebook Like
Twitter Follow
Youtube Subscribe
Telegram Follow
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image
newsletter featurednewsletter featured

Weekly Newsletter

Kirim Email Anda agar bisa kami infokan berita pilihan terpopuler

Popular News
BERITAOLAHRAGAPPS

Atlet Lompat Jauh Papua Selatan, Steven Mahuze Raih Medali di Kejuaraan Atletik Asia

By Tiffa News 5 days ago
KNPI Merauke Ajak Pemuda Bangkit di Animha Youth Fest 2025
Disnakertrans ESDM Papua Selatan Rapat Bahas Penetapan UMP 2026
Unhas Makassar Sosialisasikan Program Doktoral untuk ASN Papua Selatan
OPD Papsel Diminta Gunakan Hasil Riset dalam Perencanaan Pembangunan

SUARNEWS.COM

about us

We influence 20 million users and is the number one business and technology news network on the planet.

  • BERITA
  • PON XX 2021
  • GALERI
  • KAMTIBMAS
  • NUSANTARA
  • PUSTAKA
  • GAYA HIDUP
  • JEJAK
  • SUARNEWS
  • INTAN JAYA
  • Susunan Redaksi
  • Tentang Kami
  • Contact
  • Privacy Policy
  • Disclaimer

Find Us on Socials

© TIFFANews Network. RAKA GENDIS.id Company. All Rights Reserved. Suar News

Removed from reading list

Undo
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?