TIFFANEWS.CO.ID,– Yayasan Tunas Karya (YTK) Pangkalpinang, mengakhiri rangkaian Rapat Kerja (Raker) Tahun 2025/2026 yang berlangsung selama sepekan di Jakarta, Jumat, (21/11/2025), dengan penegasan penting: seluruh sekolah di bawah YTK diminta memperkuat pendidikan ekologi dan tindakan nyata pemeliharaan lingkungan.
Raker berlangsung selama 17–21 November 2025 dan diikuti sekitar 53 peserta, terdiri dari para kepala sekolah, pengurus yayasan, mitra, dan dewan pengawas.
Raker dibuka dengan misa yang dipimpin oleh Uskup Pangkalpinang, Mgr. Prof. Dr. Adrianus Sunarko, OFM. Ikut mendampingi Uskup Pangkalpinang, Romo Vikjen Keuskupan Pangkalpinang yang juga Anggota Dewan Pengawas, Ketua Dewan Pengawas, Romo Aloysius Angus, M.Pd, Ketua Dewan Pengurus YTK, Romo Servasius Samuel S.Psi, M, Psi, Psikolog, Bendahara YTK, RD Yudi Kristianto, M.M.Finance dan dan Romo Stefanus Tomeng, sebagai anggota Pengurus YTK.
Uskup Adrianus yang menjadi pembicara pertama dalam raker itu, menekankan bahwa dunia pendidikan mesti mengambil bagian dalam upaya merawat bumi sebagai rumah bersama.
Uskup mengingatkan bahwa pesan Laudato Si’ bukan sekadar seruan moral, melainkan panggilan untuk bertindak.
“Di tengah krisis ekologis yang makin kompleks pengelolaan sampah yang buruk, pembabatan hutan, pencemaran air dan tanah, serta polusi plastic Gereja, termasuk lembaga pendidikan, harus hadir sebagai pelaku perubahan,” ujarnya tegas.
Situasi ekologis Indonesia yang kian genting, menurut Uskup, bukan hanya persoalan lingkungan, tetapi juga krisis moral dan spiritual.

Uskup Pangkalpinang yang juga Sekjend KWI ini, mengajak sekolah-sekolah untuk melatih kemampuan melihat realitas, menilai persoalan, dan merencanakan aksi nyata yang berpihak pada kelestarian ciptaan.
Semangat ini sejalan dengan arah Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2025 yang mendorong Gereja untuk tampil lebih berani dalam isu lingkungan hidup, mengembangkan kajian ekologi yang utuh, memperkuat kerja sama lintas iman, serta terlibat dalam advokasi kebijakan publik yang menjamin keberlanjutan bumi.
Selain Uskup Sunarko, hadir pula Odemus Bei Witono, Direktur Perkumpulan Strada dan pemerhati pendidikan.
Ia menyampaikan refleksi mendalam mengenai arti strategis seorang pendidik dalam membangun masa depan bangsa.
Menurutnya, pendidik bukan hanya penyampai materi, melainkan mata air pengetahuan yang mampu menginspirasi dan memantik nalar kritis peserta didik.
Witono menekankan bahwa pendidik masa kini harus menjadi pembelajar sepanjang hayat, memiliki literasi luas, bijak dalam tata kelola pendidikan, dan merdeka dalam berinovasi.
Dengan analogi yang menarik, ia menggambarkan pendidik ideal sebagai “ikan Marlin”, lincah, tangkas, dan cepat beradaptasi dengan perubahan zaman, teknologi baru, serta pergeseran sosial yang begitu cepat.
Ahli Filsafat dan Pengajar Universitas Senata Dharma, Romo Dr. Hariatmoko, hadir membawa perspektif pedagogis yang segar melalui gagasan tentang deep learning.
Romo Hariatmoko menjelaskan bahwa pembelajaran mendalam bukan hanya akumulasi pengetahuan, tetapi pembentukan makna melalui pendekatan mindful learning, meaningful learning, dan joyful learning.
Dengan mengintegrasikan logika abduksi, pemecahan masalah, design thinking, computational thinking, serta analisis wacana kritis, Romo Hariatmoko menunjukkan bagaimana kelas dapat menjadi ruang refleksi, kreativitas, dan pembentukan karakter intelektual.
Menurutnya, transformasi paradigma pendidikan dari model berpusat pada guru menuju model berpusat pada pembelajar sudah menjadi keharusan.
Guru berperan sebagai perancang proses belajar, motivator, dan pendamping yang menguatkan kemampuan berpikir reflektif, kritis, dan kreatif peserta didik.

Di akhir rangkaian kegiatan, Raker YTK merumuskan beberapa rekomendasi strategis: penyusunan rencana strategis (Renstra) untuk setiap unit pendidikan, penguatan literasi guru, penerapan spiritualitas ekologis dalam budaya sekolah, dan peningkatan tata kelola yang lebih profesional serta kolaboratif.
Para peserta menilai Raker tahun ini memberi ruang pemberdayaan yang kuat. Mereka merasa dilibatkan secara aktif dalam proses pengambilan keputusan, sekaligus mendapatkan energi baru untuk mengembangkan budaya belajar yang lebih inklusif dan ekologis di unit masing-masing.
Dengan demikian, Raker YTK ini tidak hanya menjadi agenda koordinasi administratif, tetapi momentum mempertegas komitmen YTK untuk menghadirkan pendidikan yang manusiawi, ekologis, dan transformatif di wilayah pelayanannya. (bn)




