TIFFA NEWSTIFFA NEWS
  • HOME
  • BERITA
  • OLAHRAGA
  • KAMTIBMAS
  • POLITIK
  • PPS
  • NUSANTARA
  • GALERI
  • OPINI
  • OTHERS
    • PUSTAKA
    • BUDAYA
    • EKONOMI
    • HANKAM
    • HAM
    • JEJAK
    • GAYA HIDUP
    • INTAN JAYA
    • SOSOK
Search
Reading: FITRA Kritisi Rencana Prabowo Alihkan Subsidi BBM Ke BLT
Share
TIFFA NEWSTIFFA NEWS
Search
  • HOME
  • BERITA
  • OLAHRAGA
  • KAMTIBMAS
  • POLITIK
  • PPS
  • NUSANTARA
  • GALERI
  • OPINI
  • OTHERS
    • PUSTAKA
    • BUDAYA
    • EKONOMI
    • HANKAM
    • HAM
    • JEJAK
    • GAYA HIDUP
    • INTAN JAYA
    • SOSOK
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 RAKA for Tiffa Company. All Rights Reserved.
TIFFA NEWS > News > BERITA > FITRA Kritisi Rencana Prabowo Alihkan Subsidi BBM Ke BLT
BERITAEKONOMI

FITRA Kritisi Rencana Prabowo Alihkan Subsidi BBM Ke BLT

Last updated: 26/10/2024 - 13:37
By bungben
Share
Ervyn Young, Wakil Sekjen FITRA. (Foto : Ist)
SHARE

TIFFANEWS.CO.ID,- Wakil Sekjen FITRA (Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran), Ervyn Young,  mengkritisi rencana pemerintahan Prabowo untuk merubah subsidi BBM menjadi Bantuan Langsung Tunai (BLT),  dan mengalihkan subsidi BBM ke  sektor lain.

Dalam pidato perdana usai dilantik sebagai presiden pada Minggu (20/10/2024). Prabowo menyampaikan banyak janji di bidang ekonomi, salah satunya memastikan subsidi bagi masyarakat miskin tepat sasaran melalui skema penyaluran langsung.

Sebelumnya, Ketua Dewan Pakar TKN Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Burhanuddin Abdullah menyebut skema subsidi energi diubah menjadi bantuan langsung tunai ke orang, tidak lagi ke barang. Diberikan transfer tunai  langsung kepada masyarakat miskin.

Sementara Menteri ESDM Bahlil Lahilada menyebut belum ada keputusan, tapi sedang mencari format yang baik dan benar. Sasarannya agar BBM subsidi itu tepat sasaran.

Menurut Ervyn yang juga Core Team Koalisi KUSUKA NELAYAN Indonesia, pemerintah sebaiknya berhati-hati dalam mengambil kebijakan menyangkut warga cilik. Jangan sampai kebijakan yang diambil justru melepaskan negara dari tanggungjawab untuk menjamin kesejahteraan rakyat dan mengurangi ketimpangan.

Ia membenarkan bahwa salah satu masalah terkait subsidi BBM  memang soal ketidaktepatan sasaran, sehingga subsidi BBM belum dinikmati oleh mereka yang berhak.

Namun ia berpandangan situasi itu tidak berarti pemerintah langsung memutuskan untuk merubahnya jadi BLT, atau dialihkan ke sektor lain. Karena kebijakan subsidi itu sangat berbeda tujuannya dengan BLT.

“Ini diskusi soal kebijakan. Mesti hati-hati dan jangan gegabah. Ini khan subsidi sebagai bentuk perlindungan negara terhadap faktor produksi rakyat kecil  yang rentan mendapat hantaman ketika terjadi guncangan pasar. Subsidi  dimaksudkan untuk mengurangi biaya produksi  sehingga rakyat lebih mudah berproduksi dan pendapatan menjadi lebih besar. Dengan kebijakan fiskal seperti itu, rakyat kecil menjadi lebih sejahtera. Nah kebijakan subsidi itu jauh berbeda dengan BLT yang ditujukan lebih kepada perlindungan sosial saat ada guncangan ekonomi. Jika kebijakan fiskal bentuknya subsidi, orang jadi lebih mudah bekerja dan berproduksi, tapi kalau BLT,  dananya itu justru digunakan untuk menalangi biaya hidup harian, bahkan sering terjadi justru dibelanjakan untuk yang tidak perlu,” urai Ervyn Young melalui rilisnya yang diterima, tiffanews, Sabtu (26/10/2024)

Trending Now:  Ciptakan Inovasi, Wapres Minta ASN Muda Papua Ikut Rancang Masa Depan Papua yang Gemilang

Ervyn mencontohkan bahwa di sektor kelautan dan perikanan, pemerintah sepanjang  2016-2021 telah mengalokasikan kuota solar untuk nelayan pemilik kapal 30 GT ke bawah dengan jumlah rata-rata 1,96 juta kilo liter per tahun atau sekitar 12 persen dari total kuota BBM JT Solar yang disubsidi. Namun selama bertahun-tahun, realisasi subsidi BBM yang sampai ke nelayan rerata hanya 26 persen. Sisanya, sebagian besar 74 persen. justru dialihkan oleh BPH Migas ke sektor lain, diduga diserap oleh sektor transportasi darat.

“Pertanyaannya kenapa subsidi BBM Solar tidak terserap di sektor perikanan. Jelas karena implementasi program tersebut buruk. Anggarannya  sudah dialokasikan, tapi itu tidak sampai ke nelayan karena berbagai sebab. Hasil studi kami di 10 provinsi pada tahun 2021 menemukan bahwa  82,8 persen nelayan kecil tidak memiliki akses terhadap BBM bersubsidi. Karenanya, 83,19 persen nelayan kecil membeli BBM di eceran dengan harga yang tinggi. Jadi nelayan kita harus keluar modal lebih besar. Realisasi solar subsidi 2016-2021, paling besar diserap sektor transportasi darat (92 persen). Sektor transportasi laut menyerap sekitar 4-5 persen. Sementara usaha perikanan serapannya hanya 3-4 persen,”  jelasnya.

Ervyn mengungkapkan bahwa menurut beberap studi, komponen BBM menyerap 60-70 persen biaya produksi nelayan kecil untuk melaut. Sisanya untuk logistik. Jadi jika mereka bisa mendapat BBM Solar dengan harga subsidi sesuai program pemerintah, pendapatan mereka bisa jauh lebih tinggi.

Penyebab subsidi solar BBM tidak sampai ke nelayan,  pertama karena pendataan nelayan oleh Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) sangat lambat. Selanjutnya,  nelayan kecil  mengalami diskriminasi karena dibebani dengan persyaratan administrasi yang rumit untuk memperoleh subsidi BBM, ditengah layanan administrasi perijinan yang masih buruk di daerah. Akibatnya,  surat rekomendasi pembelian BBM sulit diperoleh nelayan. Padahal mereka yang punya kendaraan  tidak ada syarat khusus saat membeli BBM.   Yang paling buruk nasibnya adalah nelayan kecil dengan ukuran kapal di bawah 10 GT, karena harus bersaing dengan pemilik kapal yang lebih besar. Dari realisasi tiap tahun sebesar 26 persen, yang menggunakan BBM subsidi adalah pemilik kapal besar ukuran 10-30 GT.

Trending Now:  39 Tahun Ratifikasi Cedaw, Sudah Banyak Kemajuan dalam Perlindungan Perempuan

“Lebih-lebih lagi untuk nelayan yang di wilayah Timur Indonesia. Umumnya mereka menggunakan pertalite tapi juga dengan kondisi serupa, sulit diakses karena umumnya jauh dari lokasi aktivitas nelayan. Dalam banyak kasus, yang tersedia justru cuma Pertamax dan nelayan kecil terpaksa membelinya. Saya kira Pak Menteri Bahlil  mesti benar-benar memikirkan ini untuk membantu rakyat kita di Kawasan Wallacea sampai ke sekitar Papua, ” ujar pria kelahiran Pulau Sumbawa, NTB ini.

Faktor lainnya yang jadi determinan ialah masih sangat minimnya infrastruktur stasiun pengisian bahan bakar khusus nelayan yang dapat diakses dengan mudah.  Jumlah SPBUN  yang tersedia hanya 380 atau cuma 3 persen dibanding jumlah desa pesisir yang mencapai. 11.984 desa. Situasi ini diperparah oleh kuota BBM subsidi yang terbatas, tidak sesuai dengan kebutuhan melaut nelayan pada setiap daerah.

Menurut  Ervyn, pihaknya tidak dalam posisi menerima atau menolak rencana pemerintah tersebut. Yang diharapkan adalah agar kebijakan yang diambil dihitung baik-baik.

“Maksud saya begini  Jika subsidi nelayan dialihkan ke BLT, apa nelayan kecil kita yang jumlahnya 95 persen dari total nelayan nasional itu berhenti melaut, tidak bukan? Itu berarti BBM harus tetap  disediakan. Begitu pula SPBU/N untuk mendistribusikan BBM untuk nelayan kecil harus dibangun lebih cepat lagi agar nelayan kita  mudah mengakses BBM. Tujuannya agar mereka bisa lebih besar produksinya dan itu membantu perekonomian negara tumbuh inklusif. Jadi pemerintah harus lebih progesif, kerja lebih cepat kalau memang berpihak kepada rakyat. Tapi isu yang paling penting disini, bukankah jika tak ada subsidi BBM mereka akan semakin terpuruk jika terjadi kenaikan harga BBM karena tidak ada subsidi sebagai soul breakernya. Jadi jangan sampai pemerintah dianggap lepas tanggungjawab. Di sisi lain, jika pemerintah mau beralih ke BLT pasti tetap  butuh data yang baik agar tidak salah sasaran, jelas pendataan juga mesti dipercepat, memangnya mau main sulap saja. Jadi mau beralih jadi BLT atau tidak, semuanya mesti diperbaiki,” ujarnya.

Trending Now:  Perempuan Pesisir Indonesia Desak Pemerintahan Prabowo Prioritaskan Akses Air Bersih dan Sanitasi di Kawasan Pesisir

Karena itu, berangkat dari implementasi kebijakan subsidi BBM sektor kelautan perikanan tersebut, Ervyn  yang dikenal sebagai aktivis antikorupsi ini, menegaskan, masalahnya  bukan semata soal ketidaktepatan sasaran penerima subsidi BBM. Masalah utama terkait subsidi BBM di sektor tersebut katanya, disebabkan belum adanya kerangka industrialisasi perikanan yang berpihak kepada wong cilik, yang memampukan nelayan kecil tradisional berdaya.  Secara gamblang, itu bisa disebut sebagai negara masih absen untuk membantu rakyat kecil.  Ia menghimbau pemerintah untuk berpikir lebih mendalam mengenai rencana mengalihkan subsidi BBM tersebut menjadi BLT.

“Jadi kebijakan ini jangan hanya dilihat dari sisi soal masih besarnya penyimpangan semata, melainkan lebih tepat diarahkan kepada  perlunya ekosistem bisnis yang lebih sehat untuk nelayan kecil kita. Mungkin isu yang lebih tepat justru bagaimana agar Pak Presiden mendorong adanya hilirasi perikanan yang memampukan nelayan kecil sehingga laut bisa jadi jalan kesejahteraan untuk nelayan tradisional  kita yang kondisi hidupnya masih terpuruk. Berharap  bisa dilihat secara integral, lebih menyeluruh, yang dibimbing oleh keberpihakan kepada rakyat kecil.  Saya kira itu baru bener namanya nasionalis sejati,” pungkasnya. (bn)

You Might Also Like

KWD Kritik Gaya Komunikasi Pejabat di Papua Selatan yang Menutup Diri dari Media

Mabuk dan Bersenjata, Dua Preman Sadis Diringkus di Simpang Mur Mappi!

Rehab Rumah Warga di Wanam Kab. Merauke Capai 40 Persen, Libatkan Personel Militer dan Masyarakat

Pastor John Djonga Gelar Kegiatan Pemberian Makan Bergizi Gratis bagi Anak-Anak di Koya Tengah

TAGGED: BLT, Fitra, Kabinet Prabowo Gibran, Kementerian Kelautan, Subsidi BBM
bungben 26/10/2024
Share this Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Telegram Email Print
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Previous Article Dari Washington, Alfonsa Jumkon Wayap Sampaikan Apresiasi Kongres Pemuda Katolik XIX di Palangkaraya
Next Article Tak Ada Kursi Kosong, Dukungan Massa Apolo-Paskalis Melonjak Pasca Debat Pertama
Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow US

Find US on Social Medias
Facebook Like
Twitter Follow
Youtube Subscribe
Telegram Follow
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image
newsletter featurednewsletter featured

Weekly Newsletter

Kirim Email Anda agar bisa kami infokan berita pilihan terpopuler

Popular News
BERITA

Penanggungjawab Bunda PAUD Papua Selatan Datangi Reskrim Polres Merauke

By Ronny Tiffa News 3 days ago
Freeport dan KLH Percepat Program Nasional Rehabilitasi Mangrove di Kalsel
PTFI dan YPMAK Serahkan Bantuan untuk Warga Tsinga yang Terdampak Longsor
Rehab Rumah Warga di Wanam Kab. Merauke Capai 40 Persen, Libatkan Personel Militer dan Masyarakat
KWI Dorong Kader Katolik Berkualitas untuk Indonesia Emas 2045

SUARNEWS.COM

about us

We influence 20 million users and is the number one business and technology news network on the planet.

  • BERITA
  • PON XX 2021
  • GALERI
  • KAMTIBMAS
  • NUSANTARA
  • PUSTAKA
  • GAYA HIDUP
  • JEJAK
  • SUARNEWS
  • INTAN JAYA
  • Susunan Redaksi
  • Tentang Kami
  • Contact
  • Privacy Policy
  • Disclaimer

Find Us on Socials

© TIFFANews Network. RAKA GENDIS.id Company. All Rights Reserved. Suar News

Removed from reading list

Undo
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?