TIFFA NEWSTIFFA NEWS
  • HOME
  • BERITA
  • OLAHRAGA
  • KAMTIBMAS
  • POLITIK
  • PPS
  • NUSANTARA
  • GALERI
  • OPINI
  • OTHERS
    • PUSTAKA
    • BUDAYA
    • EKONOMI
    • HANKAM
    • HAM
    • JEJAK
    • GAYA HIDUP
    • INTAN JAYA
    • SOSOK
Search
Reading: Kebiasaan Masyarakat Non-Muslim Membeli Takjil dalam Konteks Toleransi Antarumat Beragama
Share
TIFFA NEWSTIFFA NEWS
Search
  • HOME
  • BERITA
  • OLAHRAGA
  • KAMTIBMAS
  • POLITIK
  • PPS
  • NUSANTARA
  • GALERI
  • OPINI
  • OTHERS
    • PUSTAKA
    • BUDAYA
    • EKONOMI
    • HANKAM
    • HAM
    • JEJAK
    • GAYA HIDUP
    • INTAN JAYA
    • SOSOK
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 RAKA for Tiffa Company. All Rights Reserved.
TIFFA NEWS > News > OPINI > Kebiasaan Masyarakat Non-Muslim Membeli Takjil dalam Konteks Toleransi Antarumat Beragama
OPINI

Kebiasaan Masyarakat Non-Muslim Membeli Takjil dalam Konteks Toleransi Antarumat Beragama

Last updated: 06/03/2025 - 17:28
By Ronny Tiffa News
Share
Godfrid Samderubun. (Foto: tiffanews.co.id/istimewa)
SHARE

(sebuah catatan potlot)

Oleh :Godfrid Samderubun (Fisip Universitas Musamus)

Pendahuluan

Praktik masyarakat non-Muslim yang turut membeli takjil selama bulan Ramadan merupakan fenomena sosial yang menarik dalam kajian sosiologi. Fenomena ini dapat ditemukan di berbagai daerah, termasuk di Kota Rusa, Merauke, Papua Selatan. Setiap bulan Ramadan, menjelang waktu berbuka puasa, masyarakat berbondong-bondong mendatangi pusat-pusat penjualan takjil atau kuliner berbuka puasa, tidak hanya bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa (umat Islam), tetapi juga individu yang tidak berpuasa (non-Muslim). Fenomena ini tidak sekadar berkaitan dengan konsumsi kuliner, tetapi juga merefleksikan dinamika sosial, ekonomi, serta hubungan antaragama dalam masyarakat yang heterogen. Dalam konteks toleransi, interaksi ini dapat menjadi indikator adanya harmoni sosial serta kesadaran kolektif dalam menghargai keberagaman budaya dan praktik keagamaan. Tulisan ini akan mengkaji fenomena tersebut melalui perspektif sosiologi.

1. Makna Sosial di Balik Pembelian Takjil

Dalam perspektif interaksi simbolik, kebiasaan non-Muslim dalam membeli takjil dapat dipahami sebagai bentuk keterlibatan dalam konstruksi makna sosial yang lebih luas. Takjil, dalam konteks ini, tidak hanya berfungsi sebagai komoditas makanan, tetapi juga merepresentasikan simbol solidaritas dan kebersamaan. Partisipasi non-Muslim dalam pembelian takjil menunjukkan bahwa mereka tidak sekadar menjadi pengamat pasif terhadap perayaan Ramadan, melainkan turut serta dalam pengalaman sosial yang mencerminkan penghargaan terhadap nilai-nilai budaya yang melekat dalam tradisi tersebut.

Trending Now:  Dekarbonisasi Dunia dan Nikel Indonesia

Interaksi ini menciptakan pertukaran simbolik yang berkontribusi terhadap penguatan kohesi sosial. Penjual takjil, yang mayoritas beragama Islam, menerima kehadiran pembeli dari berbagai latar belakang agama dengan sikap inklusif, mencerminkan keterbukaan dalam interaksi lintas budaya. Sebaliknya, pembeli non-Muslim tidak hanya sekadar mengonsumsi makanan berbuka puasa, tetapi juga menunjukkan apresiasi terhadap tradisi Ramadan sebagai bagian dari kehidupan sosial yang lebih luas.

2. Takjil sebagai Penguatan Solidaritas Sosial

Dalam perspektif fungsionalisme, fenomena pembelian takjil oleh masyarakat non-Muslim dapat dipahami sebagai suatu mekanisme sosial yang berkontribusi terhadap penguatan solidaritas antar kelompok. Meskipun ritual berbuka puasa memiliki makna keagamaan yang khas bagi umat Islam, tradisi ini juga menciptakan ruang bagi partisipasi masyarakat yang lebih luas. Keterlibatan non-Muslim dalam pembelian dan konsumsi takjil mencerminkan keterhubungan sosial yang lebih luas, di mana mereka turut berinteraksi dengan budaya Ramadan. Hal ini pada akhirnya memperkokoh kohesi sosial dalam masyarakat yang beragam.

Dalam konteks teori Émile Durkheim, solidaritas dalam masyarakat modern bersifat organik, di mana individu dan kelompok yang berbeda saling bergantung dalam berbagai aspek kehidupan. Fenomena partisipasi non-Muslim dalam pasar takjil menunjukkan bentuk saling ketergantungan tersebut, di mana aspek ekonomi—melalui perputaran komoditas takjil—berjalan seiring dengan aspek sosial, yaitu penguatan hubungan harmonis antar umat beragama.

Trending Now:  Cara Pemilihan Paus -Konklav

3. Kapitalisasi Ekonomi atas Tradisi Keagamaan

Dalam perspektif teori konflik, fenomena ini dapat dianalisis sebagai bentuk kapitalisasi terhadap tradisi keagamaan. Ramadan, selain memiliki dimensi spiritual, juga mengandung aspek ekonomi yang signifikan. Dalam konteks ini, pedagang yang menjual takjil memanfaatkan tingginya permintaan, termasuk dari masyarakat non-Muslim, sebagai peluang untuk meningkatkan keuntungan ekonomi.

Interaksi ekonomi dalam pasar takjil dapat dipandang dari dua sisi dalam kaitannya dengan toleransi antarumat beragama. Di satu sisi, transaksi yang melibatkan berbagai kelompok masyarakat mencerminkan adanya penerimaan dan harmoni sosial. Namun, di sisi lain, terdapat kemungkinan bahwa makna esensial Ramadan dapat mengalami pergeseran akibat dominasi kepentingan ekonomi. Kapitalisme berperan dalam mendorong komersialisasi, di mana Ramadan tidak hanya dipandang sebagai praktik ibadah, tetapi juga sebagai peluang bisnis yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk mereka yang berasal dari latar belakang non-Muslim.

4. Kebersamaan dalam Keberagaman

Dalam perspektif multikulturalisme, partisipasi non-Muslim dalam pembelian takjil mencerminkan pengakuan terhadap keberagaman budaya dan agama dalam masyarakat. Multikulturalisme tidak menuntut asimilasi, tetapi lebih menekankan pada penghargaan dan apresiasi terhadap perbedaan tradisi serta praktik keagamaan yang ada.

Trending Now:  Sukses PON XX : Harga Diri Orang Papua

Keterlibatan non-Muslim dalam membeli takjil dapat dipandang sebagai bentuk partisipasi inklusif dalam budaya Ramadan, yang berkontribusi terhadap penguatan ikatan sosial antar kelompok. Fenomena ini menunjukkan bahwa keberagaman tidak sekadar diterima secara pasif, tetapi juga dirayakan sebagai bagian dari identitas kolektif masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai pluralisme dan kohesi sosial.

Kesimpulan

Kebiasaan masyarakat non-Muslim membeli takjil selama bulan Ramadan mencerminkan berbagai dinamika sosial yang terkait dengan toleransi, interaksi ekonomi, dan identitas budaya. Dari perspektif interaksi simbolik, fenomena ini menunjukkan adanya apresiasi terhadap budaya Islam. Dalam perspektif fungsionalisme, ini memperkuat solidaritas sosial. Namun, dalam perspektif konflik, terdapat potensi kapitalisasi ekonomi atas tradisi keagamaan. Sementara itu, dari sudut pandang multikulturalisme, interaksi ini menunjukkan adanya penerimaan dan penghormatan terhadap keberagaman budaya dalam masyarakat. Dengan demikian, fenomena ini bukan sekadar aktivitas konsumsi, tetapi juga bagian dari dinamika sosial yang lebih luas dalam menciptakan harmoni dan kohesi sosial dalam masyarakat yang plural.

You Might Also Like

“Gereja untuk Papua”: Menenun Damai, Merawat Kebinekaan dari Ujung Timur Indonesia

Cara Pemilihan Paus -Konklav

Menanti Rektor Baru Universitas Musamus: Harapan atas Kepemimpinan yang Progresif dan Kontekstual

Bekerja dan Berkebun Cara Menjaga Warisan Alam Papua

Ronny Tiffa News 06/03/2025
Share this Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Telegram Email Print
What do you think?
Love2
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Previous Article Gubernur Papua Selatan: ‘Pendanaan PSU Boven Digoel Bukan Hanya Tanggung Jawab Pemda, Semua Pihak Harus Terlibat!’
Next Article Gubernur Papua Selatan Ingatkan Pentingnya Pengelolaan Anggaran :’Jangan Laporannya Baik Tapi Tidak Bermanfaat’
Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow US

Find US on Social Medias
Facebook Like
Twitter Follow
Youtube Subscribe
Telegram Follow
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image
newsletter featurednewsletter featured

Weekly Newsletter

Kirim Email Anda agar bisa kami infokan berita pilihan terpopuler

Popular News
BERITA

Penanggungjawab Bunda PAUD Papua Selatan Datangi Reskrim Polres Merauke

By Ronny Tiffa News 3 days ago
Freeport dan KLH Percepat Program Nasional Rehabilitasi Mangrove di Kalsel
PTFI dan YPMAK Serahkan Bantuan untuk Warga Tsinga yang Terdampak Longsor
Rehab Rumah Warga di Wanam Kab. Merauke Capai 40 Persen, Libatkan Personel Militer dan Masyarakat
KWI Dorong Kader Katolik Berkualitas untuk Indonesia Emas 2045

SUARNEWS.COM

about us

We influence 20 million users and is the number one business and technology news network on the planet.

  • BERITA
  • PON XX 2021
  • GALERI
  • KAMTIBMAS
  • NUSANTARA
  • PUSTAKA
  • GAYA HIDUP
  • JEJAK
  • SUARNEWS
  • INTAN JAYA
  • Susunan Redaksi
  • Tentang Kami
  • Contact
  • Privacy Policy
  • Disclaimer

Find Us on Socials

© TIFFANews Network. RAKA GENDIS.id Company. All Rights Reserved. Suar News

Removed from reading list

Undo
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?