TIFFA NEWSTIFFA NEWS
  • HOME
  • BERITA
  • OLAHRAGA
  • KAMTIBMAS
  • POLITIK
  • PPS
  • NUSANTARA
  • PON XX 2021
  • GALERI
  • OPINI
  • OTHERS
    • PUSTAKA
    • BUDAYA
    • EKONOMI
    • HANKAM
    • HAM
    • JEJAK
    • GAYA HIDUP
    • INTAN JAYA
    • SOSOK
Search
Reading: “Menjaga Ras” atau Menebar Diskriminasi? Fenomena Pembatasan Perkawinan Antar Ras di Papua
Share
TIFFA NEWSTIFFA NEWS
Search
  • HOME
  • BERITA
  • OLAHRAGA
  • KAMTIBMAS
  • POLITIK
  • PPS
  • NUSANTARA
  • PON XX 2021
  • GALERI
  • OPINI
  • OTHERS
    • PUSTAKA
    • BUDAYA
    • EKONOMI
    • HANKAM
    • HAM
    • JEJAK
    • GAYA HIDUP
    • INTAN JAYA
    • SOSOK
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 RAKA for Tiffa Company. All Rights Reserved.
TIFFA NEWS > News > OPINI > “Menjaga Ras” atau Menebar Diskriminasi? Fenomena Pembatasan Perkawinan Antar Ras di Papua
OPINI

“Menjaga Ras” atau Menebar Diskriminasi? Fenomena Pembatasan Perkawinan Antar Ras di Papua

Last updated: 23/04/2025 - 14:02
By Ronny Tiffa News
Share
(Ilustrasi AI)
SHARE

Oleh: Ronny Imanuel Rumboy (Jurnalis)

TIFFANEWS.CO.ID – Ditengah derasnya arus informasi yang terus bergerak tanpa jeda, media sosial kini menjelma menjadi ruang yang mempengaruhi cara berpikir masyarakat, membentuk opini publik, hingga menumbuhkan narasi baru yang kadang tidak disadari mengandung benih diskriminasi. Di Papua, salah satu narasi yang mengemuka akhir-akhir ini adalah soal “Pembatasan Perkawinan Antar Ras”, khususnya ketika seorang putra atau putri Orang Asli Papua (OAP) menikah dengan non-OAP.

Narasi yang menyatakan bahwa menikahi orang dari ras lain sebagai bentuk “pengkhianatan terhadap identitas Papua” atau “tidak menjaga kemurnian ras Melanesia” kini ramai dibicarakan, bahkan dilontarkan secara terbuka di media sosial. Meski dibungkus dengan semangat “nasionalisme lokal”, narasi semacam ini nyatanya telah menimbulkan perpecahan, rasa takut, dan tekanan sosial terhadap mereka yang memilih menikah di luar garis rasial tertentu.

Media Sosial Facebook salah satunya menjadi sarana paling dominan bagi sesama OAP untuk saling “adu pendapat” tentang hal tersebut yang menyebabkan beberapa ketersinggungan diantara para putra putri cenderawasih ini.

Salah satu dari sekian banyak akun Facebook mulai melancarkan hal ini, seperti pada 26 Oktober 2024 lalu, sebuah akun menuai pro-kontra dan mendapat 3ribu komentar serta 19ribu tanggapan. Isi dari perdebatan juga bermacam-macam mulai dari perkawinan menurut agama, takdir Tuhan, hingga beberapa oknum yang dianggap mudah tergoda oleh kemolekan lawan jenis diluar OAP, bahkan tuduhan liar tentang faktor ekonomi sebagai alasan hubungan itu dilakukan.

Trending Now:  Sukses PON XX : Harga Diri Orang Papua

Diskriminasi rasial biasanya diasosiasikan dengan tindakan mayoritas terhadap minoritas. Namun yang jarang dibahas adalah bentuk diskriminasi internal, ketika satu kelompok mendiskriminasi sesamanya hanya karena perbedaan pilihan hidup atau darah campuran. Dalam konteks Papua, diskriminasi ini seringkali berwujud dalam ujaran kebencian terhadap sesama OAP yang menikahi non-OAP.

Seperti dinyatakan oleh UU Otsus dan definisi menurut Majelis Rakyat Papua (MRP), bahwa definisi OAP hanya diberikan kepada individu yang memiliki ayah dan/atau ibu asli Papua. Pernyataan ini memperkuat garis batas yang kaku terhadap identitas, seolah menegaskan bahwa darah campuran otomatis menggugurkan “keaslian”. Ini menjadi sumber tekanan bagi banyak warga Papua, terutama generasi muda hasil pernikahan lintas ras yang tumbuh dan dibesarkan di tanah Papua namun dianggap “bukan bagian dari kami”.

Menikah Bukan Pengkhianatan

Perkawinan adalah urusan personal dan dilindungi oleh Undang-Undang. Dalam Pasal 28B ayat (1) UUD 1945 dijelaskan bahwa, “Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.” Tidak ada satu pun pasal dalam hukum nasional yang menyatakan seseorang tidak boleh menikah hanya karena berbeda ras.

Trending Now:  Problematik Pembangunan Papua Selatan: Infrastruktur vs Pembangunan Manusia

Namun kenyataan di lapangan berkata lain. Banyak anak muda OAP menghadapi stigma, perundungan daring, hingga ancaman dikucilkan karena menikahi orang dari ras lain — apakah itu suku Jawa, Ambon, Tionghoa, bahkan ras campuran lainnya di Indonesia. Dalam sebuah diskusi daring yang diadakan oleh komunitas pemuda Papua, beberapa peserta berbagi pengalaman bagaimana mereka dilecehkan secara verbal karena menikahi orang yang “tidak menjaga identitas Papua”.

Platform seperti Facebook, TikTok, dan Twitter menjadi arena utama penyebaran narasi “penjaga ras” ini. Tagar-tagar seperti #JagaRasPapua atau #PapuaUntukPapua atau #StopKawinCampur kerap dijumpai bersama konten yang menyuarakan penolakan terhadap pernikahan lintas ras. Dalam beberapa video viral, tampak sejumlah individu secara terbuka menyatakan bahwa perempuan Papua yang menikah dengan laki-laki dari luar ras Melanesia telah “menjual diri”.

Apa yang dilupakan adalah bahwa narasi semacam ini dapat melahirkan diskriminasi struktural yang berbahaya. Ketika sebuah komunitas dibatasi oleh garis-garis etnis yang sempit, maka ruang untuk kemanusiaan, cinta, dan keterbukaan akan semakin menyempit pula.

Trending Now:  Membaca Konstelasi Politik Nasional Jelang Pemilu 2024

Perlu Refleksi: Apakah Kita Hanya Melawan Rasisme yang Datang dari Luar?

Selama ini, isu rasisme terhadap OAP seringkali menjadi perhatian nasional dan internasional. Kita menyaksikan solidaritas muncul saat ada kasus diskriminatif dari luar Papua terhadap masyarakat Papua. Tapi apakah kita juga berani bersikap kritis ketika rasisme itu justru datang dari sesama OAP?

Apakah kita akan terus membela nilai-nilai hak asasi manusia hanya ketika kita menjadi korban, ataukah kita juga mampu mengoreksi diri saat ternyata kita menjadi pelaku?

Papua adalah rumah bagi keberagaman. Menolak seseorang karena darah campuran atau karena pilihan pasangannya adalah bentuk eksklusivisme yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Justru Papua bisa menjadi teladan nasional tentang bagaimana identitas bisa dibangun tanpa harus mendiskriminasi yang lain.

Saatnya kita melawan diskriminasi dalam segala bentuk — tidak hanya yang datang dari luar, tetapi juga yang diam-diam tumbuh dari dalam. Karena sejatinya, menjaga Papua bukan soal menjaga ras, tapi menjaga cinta, kebebasan, dan kemanusiaan itu sendiri. (Ron)

You Might Also Like

“Gereja untuk Papua”: Menenun Damai, Merawat Kebinekaan dari Ujung Timur Indonesia

Cara Pemilihan Paus -Konklav

Menanti Rektor Baru Universitas Musamus: Harapan atas Kepemimpinan yang Progresif dan Kontekstual

Bekerja dan Berkebun Cara Menjaga Warisan Alam Papua

Ronny Tiffa News 23/04/2025
Share this Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Telegram Email Print
What do you think?
Love1
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Previous Article 13 Ribu Sampel Diuji, Karantina Papua Selatan Pastikan Bibit Tebu Aman dari Hama Mematikan!
Next Article HKT Merauke Sampaikan Ucapan Selamat Ulang Tahun ke-50 untuk Gubernur Papua Selatan
1 Comment
  • Ady Jojo says:
    23/04/2025 at 16:14

    Pendapat dan ulasan yang sangat menarik ditengah perpecahan anak bangsa yang terus mengemuka. Terima kasih..

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow US

Find US on Social Medias
Facebook Like
Twitter Follow
Youtube Subscribe
Telegram Follow
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image
newsletter featurednewsletter featured

Weekly Newsletter

Kirim Email Anda agar bisa kami infokan berita pilihan terpopuler

Popular News
BERITAPPS

Dana Rp270 Juta per Mahasiswa Papua Selatan di AS, Gubernur: Ada yang Hanya Terima Rp2,4 Juta!

By Ronny Tiffa News 2 days ago
Audiensi Solidaritas Pencari Kerja OAP Papua Selatan dengan Wagub Imadawa: Tuntut Kejelasan Hasil CPNS 2024
100 Hari Kerja Bupati Merauke! Rumah DP 0 Rupiah untuk ASN, TNI-Polri, dan Warga Resmi Diluncurkan
8 Calon Sekda Papua Selatan Ikuti Assessment Test
Komisaris PT Arya Nusantara: 200 Rumah Murah Segera Dibangun, Warga Sudah Bisa Mendaftar!

SUARNEWS.COM

about us

We influence 20 million users and is the number one business and technology news network on the planet.

  • BERITA
  • PON XX 2021
  • GALERI
  • KAMTIBMAS
  • NUSANTARA
  • PUSTAKA
  • GAYA HIDUP
  • JEJAK
  • SUARNEWS
  • INTAN JAYA
  • Susunan Redaksi
  • Tentang Kami
  • Contact
  • Privacy Policy
  • Disclaimer

Find Us on Socials

© TIFFANews Network. RAKA GENDIS.id Company. All Rights Reserved. Suar News

Removed from reading list

Undo
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?