TIFFA NEWSTIFFA NEWS
  • HOME
  • BERITA
  • OLAHRAGA
  • KAMTIBMAS
  • POLITIK
  • PPS
  • NUSANTARA
  • GALERI
  • OPINI
  • OTHERS
    • PUSTAKA
    • BUDAYA
    • EKONOMI
    • HANKAM
    • HAM
    • JEJAK
    • GAYA HIDUP
    • INTAN JAYA
    • SOSOK
Search
Reading: Hutan Mangrove Teluk Youtefa, Laboratorium Edukasi yang Perlu Dijaga
Share
TIFFA NEWSTIFFA NEWS
Search
  • HOME
  • BERITA
  • OLAHRAGA
  • KAMTIBMAS
  • POLITIK
  • PPS
  • NUSANTARA
  • GALERI
  • OPINI
  • OTHERS
    • PUSTAKA
    • BUDAYA
    • EKONOMI
    • HANKAM
    • HAM
    • JEJAK
    • GAYA HIDUP
    • INTAN JAYA
    • SOSOK
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 RAKA for Tiffa Company. All Rights Reserved.
TIFFA NEWS > News > BERITA > Hutan Mangrove Teluk Youtefa, Laboratorium Edukasi yang Perlu Dijaga
BERITAOPINI

Hutan Mangrove Teluk Youtefa, Laboratorium Edukasi yang Perlu Dijaga

Last updated: 18/07/2023 - 21:37
By bungben
Share
Gamel saat memantau bibit mangrove yang di tanam di kawasan hutan mangrove. (Foto: Gamel)
SHARE

TIFFANEWS.CO.ID,-Hutan mangrove merupakan habiat hidup berbagai biota, termasuk burung dan ikan. Tak hanya itu hutan mangrove pun dijadikan penyangga abrasi dan  laboratorium edukasi.

Dengan tidak memberi perhatian serius terhadap hutan mangrove, termasuk  yang ditunjukan dengan kasus terakhir  penimbunan material di Teluk Youtefa menunjukan bahwa masa depan hutan mangrove sungguh terancam.

Penimbunan material ini menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan masyarakat dan komunitas untuk merawat bakau dari kepunahannya, dengan sejekap rusak dan punah tertimbun material. Memang sulit untuk direhabilitasi lagi.

Menilik eksistensi Mangrove dalam bayang-bayang kepunahaan ini, Alfonsa Wayap mewawancarai dua narasumber yakni, Aktivis Lingkungan yang juga Pendiri Komunitas Rumah Bakau Jayapura, Abdel Gamel Naser  dan Dosen Program Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan, FMIPA, Universitas Cendrawasih John Dominggus Kalor. Selasa, 18 Juli 2023.

Berikut petikan wawancara  dengan Abdel Gamel Naser  

(T) Apa yang terlintas dalam benak Anda ketika melihat hutan bakau ditimbun material ?

(J) Perasaan saya sangat sedih sekali. Apalagi ketika berjalan ke ujung bakau yang bersentuhan langsung dengan material timbunan. Saya pernah menulis begini,” hutan bakau di teluk di Port Numbay ini akan habis ketika tidak ada  lagi yang peduli dengan satu  komitmen untuk mempertahankannya.

(T) Apakah ini juga merupakan reaksi komunitas—rumah bakau— yang Anda gagas? 

(J) Kami sedih karena di tempat lain teman–teman masih berjuang, mencari bibit kemudian menyemai dan menanam bakau.  Kawasan bakau  yang terus berusaha survive secara alami kini dengan gampangnya dirusak pihak lain.

(T) Jika sudah demikian, bagaimana komunitas Anda menginginkan kembalinya bakau itu seperti semula, terlepas dari siapapun pemiliknya?

(J) Pertama dibuka dulu persoalannya seperti apa agar semua jelas. Mengapa ada pihak yang berani menimbun sedemikian luas di kawasan konservasi? Dari sini, barulah bisa diketahui langkah yang bisa dilakukan. Upaya revitalisasi adalah satu cara untuk mengembalikan lokasi seperti semua. Ini sudah pernah kami lakukan sejak 2011 hingga sekarang di lokasi Mendug.

Trending Now:  Gladi Bersih di Jakarta, Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Selatan Menuju Pelantikan

(T) Apa saja yang dilakukan komunitas Anda merawat bakau, terutama dari ancaman sampah, logam dan pengrusakan oleh ulah manusia?

(J) Kami pernah jalankan bersama teman – teman Greenpeace Indonesia. Aksi ini bertemakan “merawat yang tersisa”. Berangkat dari satu kesadaran bersama dengan melihat kawasan hutan bakau di teluk ini merupakan  hutan yang tersisa. Juga  memiliki nilai sejarah dan  kearifan lokal yang patut dipertahankan. Hutan harus tetap ada dan jangan lagi berkurang akibat keserakahan manusia.

(T) Apakah akses jalan yang dibuka juga mempengaruhi berkurangnya bakau?

(J) Itu sudah pasti. Adanya akses jalan, ada lokasi kiri kanan jalan dengan sendirinya memiliki nilai yang sangat menjanjikan. Bagi pemilik modal ini adalah peluang dan kesempatan untuk “mengganggu” pemilik ulayat dan menjadi dilema karena pemilik lokasi selalu beralasan ekonomi.

(T) Tanggapan Anda kepada pemilik ulayat yang melepas wilayah bakau  ?

(J) Menurut saya, aneh bagi saya,sebab, banyak ditemui ketika pemilik negeri ini   justru “ngekos”— tinggal di indekos atau kontrak di tanahnya sendiri hanya karena alasan ekonomi, yang sudah saya sampaikan di atas.

Trending Now:  Pj Bupati Intan Jaya Salurkan Bantuan Beras untuk Warga 17 Kampung Distrik Sugapa

(T) Apa yang Anda harapkan dari Pemerintah dengan kondisi hutan bakau seperti ini ? 

(J) Ya. Pemerintah  perlu tegas menjalankan aturan yang ada. Jika itu menjadi kawasan konservasi, maka sampaikan juga ke public agar pemodal paham.  Ketika mereka membeli dan ingin merubah lokasi tersebut maka mereka bisa berfikir  dua kali.

==================

Hutan Mangrove yang ditimbun material (Foto: Gamel)

 

Wawancara dengan John Dominggus Kalor

(T) Sebagai akademisi, apakah Anda melihat kasus hutan bakau ditimbun material merupakan indikasi kegagalan dalam memproteksi kawasan hutan lindung?

Ini merupakan kegagalan kolektif semua komponen masyarakat, pemerintah, dan lain-lain. Sekarang dilirik banyak orang untuk pengembangan kawasan wisata dan bisnis, di saat yang sama masyarakat pemilik hak ulayat hanya mengandalkan peningkatan/pemasukan ekonomi dari Sewa/Jual tanah kawasan mangrove.

Ekosistem mangrove sendiri merupakan rumah dan habitat untuk berbagai jenis biota perairan dan termasuk ikan. Satu-satunya kawasan ekosistem mangrove di pesisir Kota Jayapura, ditemukan dan tersebar di Teluk Youtefa.

(T) Seberapa luas kerusakan yang terjadi dalam kurun satu dekade?

(J) Menurut penelitian saya dan juga kawan-kawan “Ekosistem Mangrove Teluk Youtefa,” mencatat kerusakan terhadap ekosistem mangrove dalam kurun waktu satu dekade meningkat dengan sangat cepat yang disebabkan  adanya konversi ekosistem, pembangunan infrastruktur, pengembangan kawasan perkotaan, pembangunan jalan, pembangunan jembatan, pengembangan kawasan wisata, dan penangkapan yang berlebihan.

(T) Bagaimana dengan lahan yang tersisa?

(J) Luas ekosistem mangrove yang tersisa di teluk ini hanya 233,12 hektare. Dan  mempengaruhi berkurangnya luas area mangrove hingga pada kerapatan jarak tumbuh mangrove. Terdapat 7 speses mangrove sejati dan 3 speses mangrove asosiasi yang ada di hutan tersebut.

Trending Now:  Kabag Pertanahan Kota Jayapura Siap Berkolaborasi Menuju Terbentuknya Tim GTMA

(T) Kita tahu fungsi bakau selain penyangga abrasi, juga tempat biota laut dan ikan misalnya yang menjadikan mangrove sebagai rumah untuk berkembang biak dan bernilai tinggi. Apa komentar Anda?

(J) Jenis ikan pelagis di perairan Teluk Youtefa nilainya sangat tinggi. Terdapat 36 famili dan 79 spesies ikan yang hidup perairan tersebut. Sumber daya perikanan ini harus dikelola secara berkelanjutan untuk pemenuhan kebutuhan dan peningkatan ekonomi masyarakat Kota Jayapura dan masyarakat lokal yang mendiami tiga desa adat di Teluk Youtefa yaitu Desa Enggros, Desa Tobati, dan Desa Nafri.

(T) Bagaimana dengan  eksistensi mangrove  untuk bisa dipertahankan sebagai laboratorium edukasi?

(J) Ekosistem mangrove adalah laboratorium dan tempat belajar bagi masyarakat kota Jayapura. Lokasi ini bisa saja lenyap diwaktu-waktu mendatang. Untuk itu, perlu komitmen bersama yang super serius untuk menjaganya.

(T) Bagaimana pandangan Anda terhadap pebisnis yang mengincar kawasan mangrove sebagai tempat bisnis ?

(J) Pebisnis dan peneliti punya sudut padang yang berbeda. Pembisnis lebih tertarik pada berapa banyak rupiah yang dapat dihasilkan dari Ekosistem Mangrove dan Kawasan Teluk Youtefa.

Sedangkan peneliti lebih pada bagaimana Ekosistem Mangrove dan Kawasan Teluk Youtefa dapat diwariskan kepada berapa generasi mendatang.

(T) Apakah perlu perubahan pradigma bepikir bagi pebisnis terhadap kebelangsungan lingkungan?

(J) Ya, sudut pandang mesti dirubah, sehingga ada perubahan model menjadi bisnis yang ramah lingkungan.

 

( Alfonsa Wayap)

You Might Also Like

KWD Kritik Gaya Komunikasi Pejabat di Papua Selatan yang Menutup Diri dari Media

Mabuk dan Bersenjata, Dua Preman Sadis Diringkus di Simpang Mur Mappi!

Rehab Rumah Warga di Wanam Kab. Merauke Capai 40 Persen, Libatkan Personel Militer dan Masyarakat

Pastor John Djonga Gelar Kegiatan Pemberian Makan Bergizi Gratis bagi Anak-Anak di Koya Tengah

TAGGED: Hutan Bakau, Hutan Mangrove, Kepunahan hutan bakau, Laboratorium edukasi
bungben 18/07/2023
Share this Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp Telegram Email Print
What do you think?
Love0
Sad0
Happy0
Sleepy0
Angry0
Dead0
Wink0
Previous Article RLS dan Investasi
Next Article Gelar Pawai Obor dan Kirab, Umat Islam Merauke Meriahkan Tahun Baru Hijriah
Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Follow US

Find US on Social Medias
Facebook Like
Twitter Follow
Youtube Subscribe
Telegram Follow
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image
newsletter featurednewsletter featured

Weekly Newsletter

Kirim Email Anda agar bisa kami infokan berita pilihan terpopuler

Popular News
BERITA

Penanggungjawab Bunda PAUD Papua Selatan Datangi Reskrim Polres Merauke

By Ronny Tiffa News 4 days ago
Freeport dan KLH Percepat Program Nasional Rehabilitasi Mangrove di Kalsel
PTFI dan YPMAK Serahkan Bantuan untuk Warga Tsinga yang Terdampak Longsor
Rehab Rumah Warga di Wanam Kab. Merauke Capai 40 Persen, Libatkan Personel Militer dan Masyarakat
Mabuk dan Bersenjata, Dua Preman Sadis Diringkus di Simpang Mur Mappi!

SUARNEWS.COM

about us

We influence 20 million users and is the number one business and technology news network on the planet.

  • BERITA
  • PON XX 2021
  • GALERI
  • KAMTIBMAS
  • NUSANTARA
  • PUSTAKA
  • GAYA HIDUP
  • JEJAK
  • SUARNEWS
  • INTAN JAYA
  • Susunan Redaksi
  • Tentang Kami
  • Contact
  • Privacy Policy
  • Disclaimer

Find Us on Socials

© TIFFANews Network. RAKA GENDIS.id Company. All Rights Reserved. Suar News

Removed from reading list

Undo
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?